Menjual pelana unta kepada Orang Eskimo

Menciptakan kebutuhan kemudian memenuhi kebutuhan dengan produk adalah salah satu strategi marketing. Sekalipun kebutuhan yang diciptakan adalah tidak nyata, hanya sekedar pola pikir.
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated
strategi marketing konvensional
Judul tulisan ini adalah jargon kuno dari marketing konvensional yang hanya menekankan satu hal dalam aktivitasnya: menjual, menjual dan menjual. Pernah menjadi mantra utama para marketer dahulu saat satu-satunay tujuan adalah menjual. Kemampuan seorang penjual dilihat dari bersarnya penjualan. Kemanfaatan atau value bagi pembeli tidak menjadi aspek kriteria penjual yang sukses. Sehingga seorang penjual yang baik adalah penjual yang berhasil menjual pelana unta kepada orang eskimo. Produk yang sia-sia di lingkungan kutub sana.
Kemudian alasan dikemukakan bahwa jargon tersebut adalah sandi perintah kepada para penjual untuk mampu menciptakan kebutuhan. Produsen dan penjual tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan namun menciptakan kebutuhan agar produk di inventori dapat segera dijual dan menghasilkan uang. Aneka strategi ditempun untuk menciptakan kebutuhan ini. Paling efektif adalah dengan mencuci otak para konsumen dengan iklan yang membanjir, sehingga muntul pikiran bahwa dia membutuhkan produk tersebut. Cara yang lebih sopan adalah dengan menawarkan nilai tambah atapu apalah namanya agar calon pembeli merasa perlu memiliki produk tersebut.
Kalangan konsumen banyak yang sukarela menerima cuci otak ini. Bahkan turut mempromosikan produk yang sesungguhnya tidak dia butuhkan. Kemudian muncullah yang namanya kebutuhan mewah, alias kebutuhan di luar kebutuhan primer dan sekunder. Sama sekali tidak ada pengaruh dari kepemilikan produk tersebut atas kehidupan fisik pembeli. Hanya gengsi atau aspek psikologis lain saja.
Contoh klasik dari penjualan melalui penciptaan kebutuhan adalah penjualan smartphone. Belum ada survey resmi, namun patut disimpulkan bahwa para pemegang smartphone tidak pernah menggunakan KESELURAH fitur yang ada di smartphone nya. Banyak yang memiliki smartphone sangat canggih namun hanya menggunakan untuk nelepon dan messaging saja, fungsi yang dapat dilakukan oleh telepon seluler generasi pertama. Namun banyak orang merasa belum memiliki telepon seluler jika tidak menggunakan smartphone (yang sayang sekali mahal namun fungsinya masih sama dengan telepon jadul: nelepon dan messaging).
Strategi yang pernah juga marak dilakukan oleh para produsen adalah dengan 'menggoreng' nama atau brand. Contoh yang juga klasik adalah fashion buatan Indonesia yang diekspor kemudian diimpor ulang dengan harga yang lebih mahal hanya karena telah diberi label. Nilai tambah dari ekspor kemudian diimpir ulang adalah brand saja. Tidak lebih. Namun konsumen merasa rela dan tetap bangga memiliki barang yang lebih mahal hanya karena brand, bukan karena spesifikasi barang.
Brand dan fitur canggih tersebut sesungguhnya tidak berguna sama sekali. Sama tidak bergunanya dengan pelana unta bagi orang Eskimo di kutub

Getting Info...

About the Author

Admin
Blog ini hanya tempat untuk curat-coret dan tulas-tulis apa saja yang ingin perlu dituliskan atau dirasa perlu dituliskan intinya hanya coretan-coretan yang tidak berkualitas dan hanya memakan kapasitas tempat dan bandwith. Maaf, tapi blogger punya …
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.